Warisan Leluhur Batik Tulis Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal
Warisan Leluhur Batik Tulis Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal
Oleh Lisnenti B
Pada zaman dahulu, masyarakat Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, menganggap batik tulis Dukuhsalam merupakan barang berharga yang setara dengan emas. Memiliki batik tulis dengan nilai seni tinggi akan menunjukan status sosial sang pemilik. Pun di saat ada kebutuhan mendesak, batik tulis dapat digadaikan dengan nilai tinggi.
Batik tulis Dukuhsalam merupakan warisan leluhur yang dilestarikan secara turun temurun. Awalnya batik tulis klasik memang hanya berwarna natural, dengan latar putih, latar hitam/ireng dan sogan. Kedatangan RA Kardinah (adik RA Kartini yang juga merupakan perintis berdirinya rumah sakit di Tegal) membuat batik tulis Tegalwangi semakin semarak, kaya akan ragam/corak dan warna. Tak sampai disitu, kecintaan RA Kardinah akan batik membuatnya mendirikan sekolah batik di Tegal. Batik tulis pun berkembang pesat, tidak hanya di Dukuhsalam, tapi juga di daerah sekitarnya, seperti Bengle, Lasem, Tegalwangi, Pagiyanten dan lainnya.
Pembuatan batik tulis membutuhkan usaha yang keras. Proses pewarnaan dan pelukisan yang penuh ketelitian, ketelatenan, dan kecermatan akan menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Wajar bila harganya relatif mahal. Batik tulis Dukuhsalamsaat ini dibandrol dengan harga antara Rp400.000,00 (Empat ratus ribu rupiah) hingga Rp2.000.000,00, (Dua juta rupiah).
Bagi masyarakat Dukuhsalam, memiliki batik tulis merupakan suatu kebanggan sekaligus kebutuhan. Tak jarang masyarakat Dukuhsalam melukis sendiri batik tulis mereka untuk koleksi pribadi yang digunakan pada saat acara seserahan pernikahan ataupun acara penting
lainnya. Apapun kebaya yang digunakan tidaklah masalah, yang penting kain batik tulis yang mereka gunakan elegan.
Masa pandemi seperti ini sangat berpengaruh terhadap penjualan batik tulis, mengingat batik tulis bukan sebuah kebutuhan pokok. Orang akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang untuk keperluan nonpokok.
Kenyataan tersebut menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para perajin batik tulis Dukuhsalam. Bagaimana mencari solusi agar batik tulis bisa dijangkau oleh masyarakat luas tak hanya kolektor atau pecinta batik tulis saja. Entah itu melalui produksinya yang makin efisien dan kreatif atau melalui branding/pemasaran.
Bertempat di kediaman yang sekaligus berfungsi sebagai rumah produksi batiknya, Niroh mengungkapkan perjalanan dirinya menekuni usaha batik.
Sejak kapan menekuni usaha batik dan apa rahasianya bisa terus bertahan hingga sekarang?
Usaha batik ini sudah saya tekuni sejak tahun 1982 dari mewarisi usaha orang tua yang juga sudah turun temurun. Alhamdulillah saya dan saudara ikut meneruskan warisan leluhur ini. Dan semua ini bisa terus bertahan karena rasa cinta kami pada seni batik. Dari sanalah kami bisa berkarya, menghasilkan lebih banyak karya.
Di sini, selain sebagai rumah produksi, tempat usaha, kami juga membuka diri kepada siapa saja yang ingin belajar membatik. Dari anak sekolah, anak kuliah hingga mereka yang sudah memiliki rintisan usaha batik juga ada yang masih belajar ke sini.
Apa saja yang mereka pelajari?
Banyak, dari mulai filosofi tentang motif batik tulis Dukuhsalam, proses produksi, hingga teknik pembuatan dan pewarnaan kami sampaikan. Prinsipnya di sini kita saling berbagi dan insyaAllah dengan berbagi ilmu juga akan bertambah dan mendatangkan berkah.
Jika ada orang yang ingin belajar batik apakah Ibu sanggup melayani?
InsyaAllah, saya terus membuka pintu rumah ini bagi siapa saja ingin belajar membatik. Sebelumnya saya juga sering diundang sebagai narasumber, instruktur pelatihan membatik, baik di instansi pemerintah maupun swasta juga di sekolah-sekolah. Monggo, yang berminat bisa datang langsung ke sini atau bisa menghubungi terlebih dahulu di nomor telepon 085645238820.
Apa yang menjadi ciri khas batik tulis Dukuhsalam?
Batik Tegalan atau batik tulis dari Desa Dukuhsalam ini dikenal sebagai batik multi warna atau punya lebih dari satu warna. Sehingga jika ditinjau dari segi pewarnaan saja, maka belum terlihat ciri khas yang menonjol pada batik Tegalan seperti halnya batik Cirebon yang identik dengan pewarnaan mega mendungnya atau batik sogan di Solo dan Yogyakarta yang khas dengan warna kecoklatan, coklat muda, dan kehitaman.