MENUMBUHKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PJBL DENGAN MODEL MINDMAPPING DARI CANVA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Dalam era pembelajaran abad 21, pendidikan telah bergeser dari penekanan pada pengetahuan faktual menjadi penekanan pada keterampilan abad 21. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah Project-Based Learning (PJBL). PJBL melibatkan siswa dalam proyek kolaboratif yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan kritis, kreativitas, komunikasi, dan kerjasama.

Dalam pembelajaran sejarah, salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas siswa adalah melalui model mindmapping melalui media canva. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif dibidang psikolog, kreatifitas dan pengembangan diri. Menurut Tony Buzan (2004:4) Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi keluar otak. Mind mapping menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak Buzan (2011: 5). Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat pada saat ini tidak terlepas pengaruhnya pada dunia Pendidikan. Guru serta peserta didik dapat memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi salah satunya ialah aplikasi Canva.

Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran sejarah menggunakan PJBL mindmapping dengan media Canva:

  1. Menentukan pertanyaan dasar. Guru dapat memulai pembelajaran dengan menentukan pertanyaan dasar yang akan dijelajahi oleh siswa. Misalnya, dalam pembelajaran tentang Bagaimana Proses masuknya Hindhu Buddha di Indonesia.
  2. Membentuk kelompok. Siswa dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing terdiri dari sekitar 5 siswa. Setiap kelompok akan bertanggung jawab atas satu tema terkait Teori Hindhu Buddha masuk di Indonesia.
  3. Mendesain proyek. Setelah kelompok terbentuk, mereka perlu merencanakan proyek mereka. Ini meliputi perencanaan desainmindmapping yang akan dibuat dalam canva.
  4. Menyusun penjadwalan. Siswa perlu menyusun penjadwalan proyek mereka, termasuk waktu yang akan mereka alokasikan untuk menentukan bagaimana persebaran Hindhu Buddha di Indonesia beserta teori-teori pendukungnya kemudian sampai menentukan template canva yang akan digunakan.
  5. Memonitor kemajuan proyek. Guru dapat memonitor kemajuan proyek setiap kelompok dan memberikan umpan balik serta bimbingan yang diperlukan.
  6. Penilaian hasil. Setelah projek mindmapping dari canva selesai, guru dapat menilai dari ketepatan dan kerterkaitan hubungan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian peristiwa. Penilaian dapat dilakukan melalui presentasi projek mindmapping dari canva, penulisan refleksi, atau rubrik penilaian yang telah ditentukan sebelumnya.
  7. Evaluasi pengalaman. Setelah proyek selesai, siswa dapat dievaluasi tentang pengalaman mereka dalam pembelajaran ini. Mereka dapat berbagi tentang proses pembuatan mindmapping dari canva, tantangan yang dihadapi, dan dampak pembelajaran ini terhadap kreativitas dan pemahaman mereka tentang materi sejarah.

Selain itu, sebagai bagian dari proyek, hasil karya siswa dapat diunggah di platform sosial media seperti Instagram, Facebook dll. Ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbagi karya mereka dengan audiens yang lebih luas, tetapi juga memberikan pengalaman nyata dalam berbagi dan menyampaikan informasi melalui media digital.

Dengan mengunggah hasil karya mereka, siswa juga mendapatkan pengalaman praktis dalam menggunakan media digital dan berbagi informasi secara online. Ini merupakan keterampilan yang penting di era digital saat ini, di mana teknologi dan media sosial memainkan peran yang signifikan dalam berbagi dan menyampaikan informasi.

Secara keseluruhan, pembelajaran melalui PJBL karya mindmapping dari canva dalam pembelajaran sejarah dapat menjadi metode yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Mereka akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan keterampilan kritis, kreativitas, komunikasi, dan kerjasama, serta memperdalam pemahaman mereka tentang materi sejarah.


Afiatun Nisa, S.Pd.
Guru Sejarah SMKN 2 Adiwerna
Diupload pada 20 Februari 2021

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these